Rabu, 27 Oktober 2010

gizi buruk

GIZI BURUK MENGANCAM NEGARA

Balita berumur 4 tahun bernama Gia, di pasung oleh Ayah kandungnya. Ayahnya mengaku terpaksa memasung Gia karena khawatir akan keselamatan jiwa anaknya tersebut saat di tinggal mengamen. Gia di vonis dokter mengidap penyakit epilepsi dan juga gizi buruk. Sebuah berita yang beberapa hari ini menyita perhatian publik. Meskipun berita tersebut bukanlah berita pertama yang di beritakan oleh mass media dengan menjamurnya penderita gizi buruk di negara Indonesia tercinta ini. Masih teringat betul pada tahun 2007 kemaren satu keluarga mengalami gizi buruk dan jiwa mereka tidak terselamatkan. Keluarga Dg Basse (35 tahun), warga jalan Dg Tata Blok 4, Makassar, meninggal dunia bersama bayi yang dikandungnya Jumat 29 Februari 2007 setelah tiga hari kelaparan. Anak Basse yang lain, Bahir yang berumur 7 tahun juga meninggal dunia, sedangkan adiknya Aco yang berumur 4 tahu dapat terslamatkan. Sungguh kenyataan yang sangat ironis, Indonesia yang merupakan negara agraris masih ada beberapa masyarakatnya yang kelaparan dan mengalami gizi buruk.
Beberapa orang sangat khawatir dengan banyaknya kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia. Namun banyak juga masyarakat yang bertanya apa itu gizi buruk?
Gizi buruk atau busung lapar adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Dan tanda-tanda orang menderita gizi buruk yaitu:
Pertama, dengan cara menimbang berat badan secara teratursetiap bulan. Bila perbandingan berat badan dengan umur di bawah 60% standar WHO-NCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut menderita gizi buruk.
Kedua, dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) bila tidak sesuai dengan standar anak normal maka anak tersebut menderita gizi buruk.
Dan jenis gizi buruk di bedakan menjadi 3 yaitu:
1.    KWASHIORKOR
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
Ø    Bengkak pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang.
Ø    Otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga LILA-nya kurang dari 14 inci.
Ø    Timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.
Ø    Tidak nafsu makan
Ø    Rambut menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa  menimbulkan rasa sakit
Ø    Wajah membulat dan sembab
Ø    Rewel dan apatis
Ø    Sering disertai infeksi, anemia dan diare
2.    Maramus
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
Ø    Anak sangat kurus tampak tulang terbungkus kulit
Ø    Wajahnya seperti orang tua
Ø    Cengeng
Ø    Tulang rusuk menonjol
Ø    Perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil
3.    Marmus-Kwashiorkor
Ciri-cirinya adalah gabungan diantara ke duanya.
Dari kedua kisah tentang kisah gizi buruk memang tidak mewakili berjuta kisah penderita gizi buruk yang ada di Indonesia ini namun paling tidak dari kedua kisah tersebut kita mampu menyimpulkana bahwa penyebab yang paling dominan terjadinya kasus gizi buruk adalah kemiskinan, kasus Basse tersebut membuktikan bahwa kemiskinan telah merenggut kehidupan mereka. Kemiskinan memang sering menyebabkan tekanan ekonomi membuat kualitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga menjadi rendah. Semakin tinggi angka kemiskinan otomatis semakin tinggi pula kasus gizi buru yang akan terjadi. Selain kemiskinan faktor  lain yang banyak menyebabkan kasus gizi buruk adalah minimnya pemahaman masalah gizi, akses pangan, kondisi lingkungan dan buruknya pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2005, angka gizi buruk adalah 28% dari jumlah anak-anak di Indonesia
Sepanjang 2006, menurut Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Ina Hernawati, pemerintah baru menangani 19.567 kasus gizi buruk. Jumlah tersebut menurun jauh dibanding pada 2005, yang mencapai 76.178 kasus. "Dari 19.567 kasus, 193 anak meninggal karena terlambat ditangani," ujarnya.
Namun, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005 yang dilakukan Badan Pusat Statistik menyebutkan estimasi kasus gizi buruk hingga 2006 hingga 8,8% dari jumlah anak di Indonesia. Itu berarti ada sekitar 1,5 yang diperkirakan mengalami gizi buruk.
Sedangkan menurut data Kepala Depkes 2005-2006 jumlah anak balita yang terkenal gizi buruk melonjak dari 1,8 juta (2005) menjadi 2,3 juta anak(2006). Dan yang lebih tragis dan menyedihkan 10% berakhir kematian.
Sungguh angka yang cukup tinggi jika di tahun 2006 lalu mencapai setinggi itu yang menderita gizi buruk, bayangkan mencapai berapa penderita gizi buruk samapi tahun ini jika penderita gizi buruk setiap tahunnya naik. Denagn mengetahui fakta yang ada sungguh sangat memprihatinkan. Dan jika hal tersebut tidak segera mungkin di tangani oleh pemerintah, hal ini akan mengacam masa depan bangsa. Anak-anak yang seharusnya menjadi harapan bangsa untuk memimpin dan memajukan bangsa ini  kelak harus kandas karena terkena gizi buruk. Jika hal tersebut terus menerus di biarkan maka nasib negara ini terancam dan siapa-siapa saja untuk dijajah oleh negara lain karena tidak adanya SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai, sekarang saja negara ini masih kekurangan SDM (Sumber Daya Manusia).
Pemerintah haruslah lebih perhatian dengan kemiskinan dan sesegera mungkin menstabilkan harga sembako karean jika harga sembako semakin hari semakin tinggi maka banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya. Di beberapa daerah masyarakatnya terpaksa makan nasi aking ini di sebabkan karena mereka tidak mampu membeli beras. Sungguh miris Indonesia yang notabennya penghasik beras namun masyarakatnya makan nasi aking. Dan jika hal tersebut di biarkan maka kasus gizi buruk akan meningkat dan negara ini akan kehilangan aset yang sangat berharga.
Pelayanan kesehatan juga harus ditingkatkan karena hal tersebut tigak kalah penting. Dengan adanya pelayanan kesehatan yan memadai maka kasus gizi burukpun akan teratasi dan selain itu masyarakat awam perlu di kasih penjelasan apa saja yang di gutuhkan oleh anak-anak dan balita. Dan  juga pengetahuan tentang gizi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar