Rabu, 27 Oktober 2010

SAAT CINTA MENYAPA

Saat matahari berpotensi memanggang kulit. Seluruh jiwa raga zahra teraput kepada dosen yang sedang menjelaskan tugas kuliah. Sangat seriusnya hingga ia tak sadar jika dari tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya. Memang sungguh elok wajah seorang zahra meski tanpa seikit polesan bedak di sana, gadis berjlbab dan sederhana, baik hati dan cerdas. Jadi tak heran jika sepasang mata itu tak ingin bosan-bosannya menatap zahra.
Sesampainya di rumah ia pun langsung menuju istana surganya yaitu kamar. Ia letakkan tas yang membawa seabrek buku itu di atas meja belajarnya, setelah bertukar pakaian Zahra pun merebahkan tubuhnya yang lelah itu. Matanaya tertutup rapat. Namun tiba-tiba ia terbangun. “Asta’firulloh aku belum sholat.”.
Selesai sholat Zahra melangkah menuju meja belajar, di bukanya tas berwarna hitam. Saat ia mengambil sebuah buku ada kertas berwarna merah jambu yang terjatuh. Kertas itu begitu asing di mata Zahra, seingatnya dia tidak pernah mempunyai kertas berwaranah merah jambu.
Karena penasaran ia ambil kertas itu dan dengan perlahan dibukanya. Secarik tulisan yang membuat zahra tercengang. Simpel namun berjuta makna bahkan mungkin tak kan pernah mampu untuk diartikannya.
Dear zahra.
I LOVE U,,,,,,
From dimas
Hatinya berdetak lebih kencang. Bibirnya pun tersenyum. Zahra tidak tahu perasaan apa yang sedang bergejolak di hatinya saat ini. Apakah itu cinta, entahlah ia tak tahu karena selama ini dia belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Ia urungkan niat pertamanya untuk belajar ia kembali ke ranjang tak sadar Zahra pun memeluk kertas berwarna merah jambu itu. Selama ini  bukannya dia tidak sadar jika Dimas selalu memperhatikannya dan saat dimas memperhatikannya hati zahra akan merasa bahagia.
Di dalam mobil pribadinya zahra melihat-lihat di luar pinggir jalan sana, banyak sekali pedangang kaki lima, masih nampak juga banyak rumah-rumah kumuh, pengamen, dan yang paling membuat hatinya miris sekali masih banyak di kota Yogyakarta ini para pengemis tua yang harusnya mereka beristirahat di rumah, jalan saja mereka sudah susah payah namun mereka masih berjalan dari rumah ke rumah, dari kios ke kios untuk mencari sesuap nasi, mereka tak peduli lagi akan caci maki orang yang tak jarang mereka dapat. Ya Allah, ingin rasanya hati zahra menjerit dan menangis, ingin rasanya ia membantu para pengemis itu namun apa daya zahra tak mampu melakukan itu semua. Dia hanya mampu mengelus dada, air matanya jatuh ke pipi. Katanya pemerintah maupun lembaga peduli masyarakat sudah banyak mendirikan rumah singgah bagi para gelandangan namun kenapa di Yogyakarta ini masih banyak para gelandangan.
Setelah menempuh sekitar 45 menitperjalanan Zahra sampai di kampus. Ia bergegas menuju ke ruang kuliah. Ternyata dosennya belum datang.  Ia mengambil meja yang palin depan itu semua zahra lakukan agar ia bisa lebih berkonsentrasi. Setelah beberapa saat Zahra duduk dia baru sadar jika sesosok pria yang dari tadi sudah duduk di belakangnya itu adalah dimas. Zahra mersa malu sendiri ia takut jika dimas beranggapan jika ia sengaja memilih duduk di situ supaya lebih dekat dengan  dimas. Ada niat untuk pindah duduk, ia pun menegok kekanan dan ke kiri ternyata  semua kursi sudah penuh. Dan saat zahra celingukan dan menahan malu. Zahra dikagekanoleh suara yang membuat hatinya berbunga.
“Za, ada yang kamu cari, aku perhatikan dari tadi sepertinya kamu bingung, ada apa?”
“Tidak sedang mencari siapa-siapa cuma lagi lihatin anak-anak saja.” Ya Tuhan kenapa diriku menjadi  seperti ini, sebenarnya apa yang sedang bergejolak di dalam hati hambamu ini.
“Za, habis kuliah kamu mau kemana?”
“Pulang,,,,”
“Aku pingin bicara  sama kamu, ada waktu kan?”
Waduhhh aku harus jawab apa ini? Pasti Dimas akan membicarakan soal suratnya itu, kalu benar itu aku harus bagaimana. Atau aku  tolak saja permintaanya itu tapi nanti di kiranya aku sombong dan arogan tapi jika aku terima dan nanti dia minta jawaban atas suratnya yang kemaren aku meski bilang apa.
“Za, bagaimana? Kok malah bengong,,”
“Eh,,,maaf,,”
“Kalau kamu keberatan aku tidak apa-apa kok.”
Tu kan perkataan kaya gini yang membuat aku jadi tak enak. Ke tarik nafas panjang dan ku hembuskan. “Ya,insaallah aku ada waktu,,,”
“Ya sudah nanti sehabis kuliah ngobrolnya kita di kanti saja, ok.”
Zahra menjawabnya dengan sebuah senyuman. Dan pria mana yang tak kan jatuh hati padanya jika sudah melihat senyumman indah itu yang penuh dengan ketulusan. Pastika akan membuat setiap pria yang melihatnya bertekuk lutut. Tutur kata yang lembut seakan membuat alampun menikmati setiap kata-katanya yang keluar dari bibir mungil.
Mata kuliah selsai, zahra mengikuti dimas menuju  kantin. Dimas menunjuk sebuah meja yang berada di pojok.
“Bagaimana kalau di sana?” Dimas bertanya kepada zahara.
“Sebaiknya jangan, karena kita cuma berdua, nanti takutnya menimbulkan fitnah.”
 Zahra pun melirik ke kanan dan ke kiri. Dan ia pun menemukan meja yang kosong di tengah.
“Di sana saja ya?” tanpa minta persetujuan dari dimas zahra bergegas menuju meja itu dan kemudia duduk. Di ikuti oleh dimas.
Dia mengambil duduk disisi kana zaha, belum sempat dimas meletak kan pantatnya dengan dengan nyaman dn juga berbicara dengan zahra tiba-tiba ada satu makhluk yang menyebalkan.
“Hai za, udah lama,,maaf telat, habis tadi aku ke perpus dulu.” Seperti biasanya jika ada zahra pasti akan ada Lina.
“Maaf Dimas, aku mengajak lina tidak bilang sama kamu jika aku mengundang lina, aku harap kamu mengerti aku hanya tidak mau nanti akan  timbul fitnah di antara kita.”
Sebenarnya Dimas sangat dongkol namun apa daya, dia jug atidakmungkin marah sama Zahra. Dia tahu jika Zahra itu memang seorng gadis yang sangat langka dan spesial. Di zaman edan seperti ini masih ada seorang yang gadis berjilbab, baik hati, cerdas, islami dan menjunjung adat timur. Sebagai seorang gadis Zahra nyaris tak ada cacat.
“Aku bisa mengerti kok, mau makan apa za, lin?”
“Bakso sama orange jus saja.” Jawab lina.
“Aku pesan dulu, kalian tunggu saja disini.” Dimas beranjak dai tempat duduknya. Sambil berjalan ia berfikir bagaiman caranya dia bicara sama zahra jika dia mencintanya, dan ia juga ingin bertanya bagaimana dengan perasaan zahra terhadapnya. Kan nggak mungkin aku ngomong itu semua sekarang, ada lina. Bagaimana caranya,, pusing,,mau mengungkapakan perasaan di hati saja ribet banget.
“za, sebenarnya mau ngapai si dimas itu ngajakkin kamu kemari?”
“aku tidak tahu, tadi tidak dia hanya bilang mau bicara penting.”
“Ya kamu dia mau bicara penting malah kamu ngundang aku kemari. Misal ia mau bicara hal yang sangat pribadi sama kamu gimana?. Atau jangan-jangan dia mau bilang kalau dia suka sama kamu.”
“Apa-apaan kamu ini lin, jangan ngelatur begitu?” pipi zahra langsung memerah.
“Pipi kamu merah, pasti kamu sudah tahu jika dia suka sama kamu, ayo,,ngaku.”
Untung saja dimas datang dengan tangan membawa pesanan kami berdua, seandainya dimas tidak datang zahra pasti sudah diberondong bertanyaan sama lina.
“Asyik banget ngobrolnya, lagi ngomongin aku ya?” dimas meletakkan makanan dan kemudian duduk.
“Ih GR banget cieh kamu, siapa juga yang ngomongin kamu, kayak ndak ada kerjaan saja.”
“Sudah kok malah pada berdebat seperti itu, makanannya terburu dingin.”
30 menit kami berdua diam menikmati makanan yang ada di depan kami masing-masing. Dalam sekejap bakso yang berada di mangkok pun pindah ke dalam perut kami.
“Oh ya, katanya tadi ada yang ingin kamu bicarakan dim?”
“Oh,,,” dimas yang bingung hanya mengaruk-garuk kepala.
“Kok Oh,,,sih dim,,,” lina mengerlingkan sebelah matanya mengoda dimas.
“Tidak ada yang penting kok, aku Cuma mau ntarktir kamu Za, karena kemaren aku baru dapat reziki.”
“Alah,,,ngomong aja kamu memang ingin makan berdua dengan Zahrakan? Ngaku saja deh,,kamu suka kan? Nggak usah ngeles gitu.” Pipi dimas langsung memerah.
“Lin, kamu itu apaan?”
#############

Meski rasa kantuk sudah mengelayuti dan juga rasa capek sudah sangat menyiksa, mata zahra tak kunjung terpejam, berulang-ulang kalu ia mencoba memaksa memejamkannya namun tak kunjung berhasil. Kenapa bayangan wajah dimas selalu ada di pelupuk matanya. Senyumnya, tawannya, suaranya oh,,,,,,ya Tuhan anmpunilah hambamu ini. Tuhan apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Apa yang harus hamba lakukan?.
Beberapa hari ini penyakit susah konsentrasi menyerang Zahra. Virus itu menyebar denagn cepatnya. Virus cinta atau apalah itu namanya. Jam mata kuliah selesai namun  tak ada satu pun  yang masuk ke dalam otak Zahra. Memang raganya ada di dalam ruangan namun entah kemana saja otaknya itu berkelana. Semua penjelasan dosen hanya masuk ke telinga kanan dan ke luar dari telinga kanan. Fuihhhhh zahra menghembuskan nafas pamjamg, dia bingung dengan dirinya sendiri kenapa semuannya menjadi seperti ini, ya Tuhan  bantulah hamabamu ini.
“Za,,,” suara itu menyadarkannya sekaligus membuat jatungnya terpaju lebih cepat. Suara yang setiap detik ingin ia dengarkan.
“Dimas, ada apa?”
Orang yang di sebut dimas itu kemudian mengeluarkan amplop berwarna merah jambu.
“Ini untuk kamu, di buka di rumah saja, aku pulang duluan ya, by.” Setelah amplop itu berpindah tangan dimaspun langsung menghilang.
Zahra lemparkan tasnya ke atas ranjang. Ia mengambil amplop dari saku, rasanya ia sudah tak dapat lagi membendung rasa penasaran akan apa isi dari amplop. Ia buka dan secark demi secarik ia baca tulisan itu.
Dear zahra
Aku bukan seseorang yang pandai merangkai kata indah. Aku juga bukan pangeran yang akan mampumemberikan segalanya untukmu. Aku hanyalah pemuda biasa yang jatuh cinta kepada tuan putri yang cantik nan jelita.
Zahra sudah lama aku memendam perasaan ini. Dan aku anggap ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Zahra aku mencintai seperti apa  yang aku tuliskan kemaren sudi kah kirannya kamumau jadi kekasihnya. Aku tunggu jawabanmu besok di kampus.
From pangeran kodok.
Zahra kebingungan harus menjawab apa. daia t idak bisa membohongi hatinya jika dia juga mencintai pria itu. Namun bagaimana prinsip dia selama ini, apakah itu semua harus zahra langgar? Apakah dia harus melanggar syyariat islam? Apakah ia harus mentaruhkan keimananya hanya demi nafsu semata. Ia pun terduduk lemas di lantai. Oh,,Tuhan apakah perasaan yang mengalir begitu saja ini salah? Ya, Rob,,,,.
Ke esok harinya di kampus.
Zahra menyerahkan sebuah amplop berwarna biru itu kepada Dimas. Kemudia dia buru-buru pergi. Zahra tak kan sanggup melihat kekecewaan di mata Dimas seorang pria yang sebenarnya sangat dicintainya namun apa daya? Zahra tak ingin melanggar perintah agama. Di dalam agama tidak ada yang namanya pacaran yang hanya taaruf, itu lah  tausyiah yang selalu gembor-gemborkan kepada teman sekampus. Masa iya sekarang dia yang melanggarnya sendiri.
Ada seorang gadis yang tahu akan perihal kejadian itu. Gadis itu suka kepada Dimas namun Dimas malah memilih Zahra. Terkadang cinta mampu membuat orang baik menjadi jahat. Itulah yang terjadi pada Raya seorang  gadis yang terkenal baik, dan supel. Karena cinta butannya kepada Dimas, ia memfitnah Zahra jika Zahra itu seorang yang munafik.” Zahra selalu mengembor-gemborkan tentang syariat islam, malah dia melanggar sendir munafik itu namanya, kenyatannya sekarang dia mengoda yang namanya Dimas.” Itulah kalimat yang selalu Raya bisik-bisikkan kepada anak-anak kampus.
Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. Fitnah itu dengan cepatnya menyebar di kampus banyak anak yang  percaya akan fitnah tersebut, mereka berpendapatan seperti itu karena waktu itu melihat Dimas dan Zahra di kantin. Namun ada juga yang tidak percaya akan hal tersebut. Zahra di caci maki secara langsung maupun tidak langsung oelh anak-anak kampus sedangkan zahra sendiri  tak mampu membela diri. Karena setelah tahu cintanya di tolah Dimas memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Hati Zahra sangat terpaksa dia hanya mampu menangis. Sempat ia tidak mau masuk kuliah, namun zahra berfikir tiada guna lari darimasalah itu namanya pengecut.
4  tahun kemudian
Suatu sore saat Zahra sedang duduk santai sambil memandangi taman yang penuh bunga mawar merah itu. Seorang pria paroh baya menghampiri dan duduk disamping anak gadisnya itu.
“Za, papa ingin bicara padamu.”
“Ada apa pa?”
“Za, umur kamu sekarang sudah 26, dan papa fikir sudah saatnya kamu mencari pendamping hidup, apalagi karier kamu juga sudah bagus jadinunggu apa lagi.”
Zahra hanya menhembuskan nafas dan pandangannya memandang lurus. Zahra sendiri juga sudah ingin menikah sebenarnya namun selama ini belum ada seorang priapun yang mampu mengetarkan hatinya. Cintanya masih ada pada Dimas. Setelah kepergian Dimas pintu hati Zahra seakan tertutup rapat untuk prialain.
“Za, nanti sore pak Handoko rekan bisnis papa akan makan malam di sini dan rencanannya papa ingin memperkenalkan kamu dengan anakanya pak Handoko siapa tahu kamu cocok sama dia, mau kan?”
Igin rasanya menolak itu semua amun ia tak punyai pilihan lain selain mengiyakan saja. Zahra tak mau jika hati pria paroh baya di depannya  kecewa. Zahra hanya mengangguk meski dengan enggan.
Zarfa adalah seorang pria yang cukup menarik, cerdas dan karierya juga gemilang, dan baik hati. Tapi tetap saja Zarfa tak mampu memikat hati Zahra. Dan entah bagaiman ceritanya Zahra mau menerima laki-laki itu menjadi suaminya. Dan kini tinggal 2 minggu lagi pernikahan akan di selanggarkan.
Zahra sangat tersiksa akn hal  itu namun dia tak mampu berkutik, dia tak ingin menghancurkan impian-impian kedua orang tuannya. Namun di saat zahra berusaha meyakinkan diri bahwa Zarfa adalah yang terbaik untuk dirinya. Kembali hadir seorang pria yang padanya lah selama ini hati Zahra berlabuh.
Sore itu entah sebuah kebetulan atu memang sudah suratan takdir. Ketika Zahra sedang berada di toko buku. Dari belakang ada suara yang memanggil namanya, dan suara itu sangat di rindukannya,,,
“Zahra,,,”
Dengan spontan ia balikkan tubuhnya.
“Di,,Di,,,Dimas”
“Ya aku Dimas, apa kabar?”
“Baik,,kamu?”
“Seperti yang kamu lihat, aku baik. Kebetulan bertemu kamu disini ada yang ingin aku katakan kepadamu. Kita cari tempat yang enak untuk ngobrol.”
Aku dia seribu kata, dalam hati bertanya-tanya apa  yang akan ia katakan. Kita berduapun menuju kafe yang berada di dalam toko buku tersebut.
“Za, kamu mau minum apa?”
“Apa saja yang penting halal.” Dimas tersenyum mendengar jawabanku sambil berkata.
“Kamu tidak berubah, oh ya aku dengar kamu sekarng sudah menjadi seorang dokter yang handal ya?”
“Tidak juga, aku bias saja sepeti dokter-dokter yang lainnya, nah kamu sendiri?”
“Aku menjadi dosen di salah satu universitas di Australia.”
 “Hebat dong,,,oh ya katanya ada yang ingin kamu bicarakan?”
 “Kamu tahu Za aku bukan tipe orang pandai berbasa-basi, oleh sebab itu aku mau langsung saja. Za kalu aku tidak salah ingat surat mu itu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran karena di dalam islam tidak ada yang namanya pacaran, dan adanya ta’aruf dan langsung menikah. Waktu itu aku belum siap untuk menikah oleh sebab itu aku pergi keluar negeri untuk menjauhi mu jujur jika itu semua tidak aku lakukan aku takit tidak bisa membendung perasaan yang bergejolak di dalam hatiku. dan sekarang aku sudah siap untuk menikah dan tujuan untamaku pulang ke indonesia yaitu untuk meminangmu. Sudihkah kiranya kamumenerima aku menjadi suamimu.”
Oh dunia ini seakan menjadi milikku. Kalimat itu orang di depanku yang selama ini ku nantikan. Dan yang membuatku bertahun-tahun hidup berkumbang duka. Namun kenapa hatiku menjadi teramat sakit mendengar kalimat itu. Tanpa ku sadari air mataku meleleh.
“Ada apa Za? Kenapa kamum menangis ada yang salah dengan ucapanku.
 Aku tak sanggup. Andai saja dia datang 2 bulan yang lalu,,,,.Aku berdiri dan berlari meninggal Dimas yang sedang kebingungan.
Malam ini Zahra sedang asyik menikmati indahnya malam. Ketika Bi Ijah memanggilku agar pergi ke ruang tamu karena ada tamu yang ingin bertemu. Mungkin itu keluarga Zarfa yang ingin membicarakan persiapan pernikahan, dengan enggan Zahra seret kaki ini menju ruangtamu namun betapa terkejutnya Zahra ketika sesampainya di ruang tamu perkiraannya salah, yang sedang berada di ruang tamu itu adalah keluarga besar Dimas. Betapa bodohnya kau tadi sian pergi begitu saja tanpa memberi penjelasan kepada Dimas. Saat dimas menjelaskan maksud kedatangannya dan secara detail pula menceritakan kronologis cerita aku dan dia dulu. Tiba-tiba Zarfa datang ia pun mendengar semuanya.
Sungguh aku bingung semuannya menjadi kacau seperti ini, kenapa Tuhan semuan menjadi behini. Dengan besar hati Zarfa mengundurkan diri, meskipun dengan sangat berat hati karean sesungguhnya Zarfa sangat mencintai Zahra namun apa artinya pernikahan jika hati Zahra untuk orang lain. Hari pernikahan Zahra dan Dimas pun kan segera diselenggarkan,,,dan hati yang dulu pernah terpisah itu kini akan segera bersatu seutuhnya.
Namun terkadang apa yang kita inginkan tak sejalan dengan apa y ang terjadi.................bagi Zahra semaunya menjdi gelap,,,,,
2 tahun sudah Zahra hidup berkumbang duka. Malam ini langit indah meski hitam kelam karean ada beribu-ribu bintang yangmenghiasinya,,,ketika Zahra sedang menikmati udara malam kakinya ada anak kecil yang mengelayutinya minta di gendong, Zahra membungkuk dan mengendongnya,
Selama ini Zahra hidup di dunianya sendiri. Bagi keluarga Zahra menjadi sangat asing. Kedua oarng tua Zahra memutuskan untuk mencarikan jodoh untuk putrinya itu. semenjak pernikahannya dengan Dimas Zahra lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bekerja dan bekerja bahkan keponakannya Zaki tak mampu membuat hatinya yang dingin itu hangat.
Zahra termenung di dalam kamarnya, matanya memandangi langit lekat-lekat. Andai saja waktu itu aku memilih Zarfa mungkin kejadiannay tidak akn seperti ini. Dan besok aku akan menikah dengan entah siapa aku tidak tahu, Ya Tuhan jika memang dia yang terbaik untukku maka kuatkan lah hati hambaMu ini.
Mendung yang selama ini menyelimuti Zahra kini telah pergi. Saat Zahra tahu siapa yang menikahinya dai pun tersenyum lebar. Ya Tuhan terimakasih..memang jodoh tak kan kemana? Garam di laut gula di gunung pada akhirnya bertemu juga.
Wangi bunga melati memenuhi paru-paru Zahra saat ia dan suaminya memasuki kamar. Hati Zahrapun berdetak tak beraturan.
“Mas Dimas kenapa kamu mau menikah denganku?”
“Ya tidak tahu mungkin karean aku terlalu mencintaimu kali dan cintaku itu karean Allah.”
“Kenapa kamu tidak datang satu tahun yang lalu atau beberapa hari setelah pernikahanku batal.”
“Aku tidak mau jika aku di kirannya memanfaatkan keadaan, setelah aku tahu jika Dimas membatalkan pernikahannya denganmu karena pacarnya sedang hamil, aku sangat sakit, aku tak tega pada mu, dan ingin rasanya aku memelukku dan menghapus air matamu namun itu semua tidak aku lakukan semata-mata karena ku ingin kamu menyadari jika cinta sejatinya dirimu adalah aku,,hee.”
Alahamdulillah ya Allah,,,semaunya indah pada waktunya dan apa yang Engkau janjikan tak pernah sala, semoga biduk rumah tangga yang kami bina menjadi kelurga yang sakinah, mawadah, warohmah. Amin.....
By feni p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar